1. Definisi Pelatihan
Training sebagai proses yang
sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Harsono,
1988:101)
Rothig (1972) Pelatihan adalah
semua upaya yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kemampuan dalam
pertandingan olahraga.
Harre (ed., 1982) menjelaskan
dalam pengertian luas, pelatihan olahraga adalah keseluruhan proses persiapan
yang sistematik bagi atlet untuk mencapai prestasi tinggi.
Pelatihan adalah suatu proses
berlatih yang berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu,
metodis, dari mudah kesukar, teratur, dari sederhana ke yang lebih komplek yang
dilakukan secara berulang-ulang dan yang kian hari jumlah beban latihannya kian
bertambah.
2. Tujuan Dan Ruang Lingkup
Pelatihan
• Tujuan utama latihan adalah
untuk mengembangkan keterampilan dan performa atlet.
• Tujuan latihan atau training adalah untuk membantu
atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin. Untuk mencapai
hal itu, ada empat aspek latihan yang harus dilatih, yaitu (a) fisik, (b)
teknik, (c) taktik, dan (d) mental. (Harsono: 1988).
• Tujuan umum latihan
disamping memperhatikan faktor keselamatan dan kesehatan, mencakup pengembangan
dan penyempurnaan:
1. fisik secara multilateral
2. fisik secara khusus sesuai
dengan cabor
3. teknik cabornya
4. taktik/strategi yang
dibutuhkan
5. kualitas kesiapan
bertanding
6. persiapan optimal olahraga
beregu
7. keadaan kesehatan atlet
8. pengetahuan atlet
3. Landasan Sistem Pembinaan
Olahraga
1. Pendidikan Jasmani dan
organisasi olahraga Nasional, yang di dalamnya mencakup program pendidikan di
sekolah, rekreasi dan klub-klub olahraga, dan struktur organisasi dalam
kepemerintahan.
2. Sistem latihan olahraga
4. Komponen-Komponen Sistem
Latihan
• Komponen yang langsung
mempengaruhi sistem latihan diantaranya: pelaksanaan latihan; penilaian.
• Komponen tidak langsung atau
pendukung diantaranya: administrasi, kondisi ekonomi, dan profesionalisme,
serta gaya hidup masyarakat.
• Alokasi dan kombinasi cabang
olahraga yang tepat mengenai beban latihan. Mencakup kegiatan berlatih dan
bertanding.
• Harus ada rasa saling
percaya antara pelatih dan atlet atau timnya.
• Pelatihan diarahkan sesuai
dengan tuntutan spesifik suatu cabang olahraga.
• Kemajuan prestasi
berlangsung tidak dalam garis lurus yang menanjak.
B. LATIHAN
1. Pengertian Latihan
Latihan adalah suatu proses
berlatih yang berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu,
metodis, dari mudah kesukar, teratur, dari sederhana ke yang lebih komplek yang
dilakukan secara berulang-ulang dan yang kian hari jumlah beban latihannya kian
bertambah.
2. Tujuan Latihan




3. Prinsip-Prinsip Latihan
a) Lama latihan
b) Volume latihan
c) Intensitas latihan
d) Kualitas Latihan
e) Beban Lebih (Overload)
f) Perkembangan Menyeluruh
(Multilateral)
g) Spesialisasi
h) Individualisasi
a) Lama Latihan

Yang harus diperhatikan: “. .
. as soo as bad features creep into the performance, that particular practice
must stop.” (Thomas: 1970).
b) Volume Latihan




c) Intensitas Latihan


DNM = 220 – Umur (dalam tahun)

d) Kualitas Latihan


e) Beban Lebih (Overload)


f) Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)

· The multilateral principle
should be employed mostly when training children and junior (Bompa, 1994).
g) Spesialisasi


h) Individualisasi


1. Usia biologis dan
kronologis atlet
2. Pengalaman dalam melakukan
olahraga
3. Kemampuan kerja dan
prestasi individu
4. Status kesehatan
5. Kegiatan diluar latihan
Prestasi yang
optimal dapat dicapai melalui pelatihan yang sistematis dan bersifat dinamis. Program pelatihan adalah suatu konsep koknitif,afektif dan
psikomotor pelatih yang disusun secara objektif untuk diterapkan pada atlet
sesuai dengan tujuan, sasaran dan waktu yang ditetapkan. Dalam menyusun
program pelatihan dibutuhkan pelatih yang professional, dimana pelatih tersebut
mampu menyusun tahapan pelatihan dalam konsep secara objektif dengan memadukan
pengalaman dan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang olahraga segi ilmu
kepelatihan. Program
pelatihan direncanakan secara periodisasi, ada periodisasi persiapan,
periodisasi kompetisi dan periodisasi transisi. Periodisasi persiapan terdiri dari persiapan umum dan
persiapan khusus, periodisasi kompetisi terdiri dari pra-kompetisi dan
kompetisi, sedangkan periodisasi transisi merupakan masa pemulihan setelah
selesai kompetisi utama. Periodisasi pelatihan dijabarkan lagi kedalam Siklus Makro. Siklus
Mikro, Sesi pelatihan, Unit pelatihan. Oleh karena itu, dalam penulisan ini
akan dibahas tentang perencanaan program pelatihan menuju prestasi optimal.
Manajemen
dalam kepelatihan olahraga meliputi perencanaan program, pelaksanaan pelatihan,
dan evaluasi pelatihan. Program pelatihan harus direncanakan secara
objektif antara pelatih dan atlet berdasarkan data awal atlet, tujuan, sasaran,
dan waktu yang ditetapkan. Program pelatihan harus direncanakan secara objektif artinya program
pelatihan itu dapat diukur dan dianalisis, sehingga hasilnya menjadi feedback
bagi pelatih maupun atlet dalam menyusun program pelatihan lanjutan.
Program pelatihan yang direncanakan berdasarkan data awal atlet mencakup
beberapa aspek, seperti yang dikemukakan oleh Pasau (dalam Sajoto, 1988: 3)
yakni
1. aspek biologi yang meliputi :
- kemampuan dasar
tubuh (fundamental motor skill);
- fungsi organ-organ tubuh;
- postur dan struktur tubuh;
- gizi (sebagai
penunjang aspek biologis);
- aspek psikologis, yang terdiri dari :
- intelektual
- motivasi
- kepribadian
- koordinasi kerja otot dan saraf
- aspek lingkungan
(environment) yang meliputi :
- lingkungan sosial
- sarana prasarana
yang ada dan medan
- cuaca dan iklim sekitar
- orang
tua,keluarga, dan masyarakat (dorongan dan penghargaan)
- aspek penunjang yang meliputi :
- pelatih yang berkualitas tinggi
- program yang tersusun secara
sistematis
- penghargaan dari pemerintah dan
masyarakat
Program
pelatihan yang direncanakan berdasarkan tujuan terbagi menjadi dua, yakni :
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah tujuan yang
ditetapkan untuk menghasilkan atlet yang mempunyai keserasian dan kompetensi
profesional untuk berprestasi secara maksimal sehingga dapat menjuarai
kompetisi tersebut. Tujuan khusus adalah
tujuan yang ditetapkan untuk membentuk atlet dalam kemampuan biomotor ability,
fisiologis, psikologi, keterampilan motorik dalam taktik dan strategi pada
setiap pertandingan. Program
pelatihan yang direncanakan berdasarkan sasaran terdiri dari sasaran jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Program pelatihan yang direncanakan berdasarkan
waktu meliputi jangka waktu 6 bulan, 1 tahun, 2 tahun (sesuai dengan kalender
kegiatan di tingkat klub, daerah, nasional, maupun tingkat internasional).
Freeman (1989: 7) menyatakan bahwa
program pelatihan dapat direncanakan dengan menggunakan metode periodesasi.
Periodesasi adalah pembagian program pelatihan atlet ke dalam beberapa jenjang
waktu, dimana tiap-tiap jenjang waktu memiliki tujuan pelatihan secara khusus. Dalam periodesasi ada pembagian
program pelatihan yang disusun dari unit yang terbesar sampai unit yang
terkecil yaitu :
- siklus makro
- periode
- fase
- siklus mikro
- sesi pelatihan
Siklus Makro
Siklus makro adalah
siklus pelatihan secara keseluruhan atau secara lengkap dari mulai awal
pelatihan sampai pada kompetisi utama yang sudah ditentukan dan masa transisi
atau masa pemulihan. Ada
tiga tipe periode dalam siklus makro yaitu periode persiapan, periode
kompetisi, dan periode transisi. Setiap periode memiliki penekanan dan
pembebanan pelatihan yang berbeda. Setiap periode berakhir 1-6 bulan.
Harre, (1981: 28) menjelaskan bahwa
dalam metodologi pelatihan,
siklus makro menunjukkan fase pelatihan antara 2-6 minggu atau siklus mikro.
Selama fase persiapan, siklus makro biasanya terdiri dari 4-6 siklus mikro,
sedangkan selama fase kompetisi biasanya 2-4 siklus mikro tergantung pada
kalender kompetisi.
Siklus makro yang dimaksud oleh
Freeman(1989: 7) adalah siklus makro dalam bentuk penjelasan secara konsep
berdasarkan struktur (1981: 28) adalah perencanaan siklus makro program dalam
bentuk matriks. Jadi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar antara
Freeman dan Harre, yang penting dapat dipahami bahwa siklus makro dapat
direncanakan berdasarkan tujuan, sasaran, dan waktu yang ditetapkan dan
dijabarkan dalam periode secara objektif.
Periode
(masa/waktu)
Periode adalah komponen dari siklus
makro yang terdiri dari periode persiapan, periode kompetisi dan periode
transisi.
1.
Periode persiapan adalah periode awal dalam siklus makro dimana periode ini
mempersiapkan kualitas fisik atlet untuk mengikuti pelatihan pada periode
berikutnya.
2.
Periode kompetisi adalah periode dimana dalam kompetisi ini para atlet
bertemu dalam satu pertandingan yang sesungguhnya atau dapat dikatakan bahwa
periode kompetisi adalah suatu masa untuk menguji kemampuan atlet.
3.
Periode transisi adalah periode pemulihan yang meliputi pemulihan mental
dan penyembuhan fisik, dan periode ini merupakan jembatan atau peralihan antara
kompetisi dan awal dari periode persiapan selanjutnya.
Fase
Fase adalah subbagian dari periode
dalam siklus makro. Setiap fase berakhir antara 3-6 minggu, dimana tiap fase
mempunyai tujuan. Fase terdiri dari fase persiapan umum, fase persiapan khusus,
fase pra-kompetisi dan fase kompetisi. Jelasnya lihat tabel di bawah ini:
Tabel: Hubungan antar periode dan Fase dalam Waktu,
W.H. Freeman, 1989: 28. (Modifikasi, Syaranamual, 2004: 9)
Periode
|
Fase
|
Tahap-Tahap
Fase
|
Waktu/
Minggu
|
Tujuan
|
Persiapan
Kompetisi
Transisi
|
I
II
III
IV
V
|
Persiapan
Umum
Persiapan Khusus
Pra- Kompetisi
Kompetisi Umum
Transisi
|
3-6
Minggu
3-6 Minggu
3-6 Minggu
3-6 Minggu
1-4
Minggu
|
1.
Memeriksa masalah-masalah dari kompetisi
terdahulu atau data tes awal.
2.
Membentuk dan meningkatkan daya tahan,
kekuatan dan mobilisasi secara umum
3. Pembentukan teknik
atau perbaikan teknik
4.
Persiapan untuk fase ke dua.
|
Siklus Mikro
Siklus mikro merupakan
penjabaran dari fase dimana waktu pelatihan direncanakan dalam mingguan yang
terdiri dari enam hari. Secara etimologis, siklus
mikro berasal dari bahasa Yunani dan Latin. Istilah Yunani mikros
artinya kecil, sedangkan cyclus dalam bahasa Latin artinya serangkaian
fenomena yang berganti secara teratur. Oleh karena itu, dalam metodologi pelatihan, siklus mikro menunjuk pada program
pelatihan mingguan, dimana program mingguan ini direncanakan secara bergantian
dalam cara-cara khusus selama program tahunan itu berjalan sesuai dengan
tuntutan pencapaian puncak prestasi untuk tujuan utama (kompetisi) tahun itu
(Bompa,1983 : 112).
Siklus mikro
merupakan komponen yang paling penting dan fungsional dalam perencanaan
pelatihan, dimana melalui struktur dan isinya dapat menentukan kualitas proses
pelatihan. Tidak semua
materi pelatihan dalam satu siklus mikro diberikan dalam bentuk yang sama.
Mereka melakukan pergantian
sesuai dengan tujuan pelatihan, volume, intansitas dan metode, dimana beberapa
hal itu bisa menjadi yang paling dominan selama fase pelatihan diberikan.
Lebih lanjut lagi, pelatih
juga harus mempertimbangkan tuntutan/permintaan fisiologis dan mental yang
diberikan pada atlet adalah tidak tetap, tetapi harus berubah sesuai dengan
kapasitas usaha dan kalender kompetisi/jadwal kompetisi.
Dalam menyusun
siklus mikro haruslah mempertimbangkan beberapa faktor sebagai bahan
pertimbangan agar rencana program pelatihan dalam siklus mikro dapat memberikan
kontribusi yang objektif terhadap penampilan atlet. Faktor-faktor
tersebut terdiri dari :
a. Kriteria
materi pelatihan yang dominan pada cabang olahraga
Kriteria materi pelatihan adalah: kriteria yang
ditentukan dalam rangkaian materi pelatihan dalam siklus mikro harus
mempertimbangkan faktor-faktor pelatihan yang dominan atau biomotor ability
khusus pada cabang olahraga tersebut. Ozolin, (1971: 113) menjelaskan
materi pelatihan sebagai berikut :
- Penguasaan dan
penyempurnaan teknik dengan intensitas sedang
- Menyempurnakan
teknik pada intensitas submaksimal dan maksimal
- Meningkatkan
kecepatan dari durasi rendah (sampai dengan batas kecepatan seseorang)
- Meningkatkan daya
tahan anaerobik
- Meningkatkan
kekuatan dengan menggunakan pembebanan 90-100% dari maksimal kekuatan
seseorang
- Meningkatkan daya
tahan otot dengan pembebanan sedang dan rendah
- Meningkatkan daya
tahan otot dengan intensistas tinggi dan maksimal
- Meningkatkan daya
tahan paru-paru dan jantung dengan intensitas masksimal
- Meningkatkan daya
tahan paru-paru dengan intensitas sedang.
b. Parameter
metodis untuk susunan siklus mikro
Seringkali
untuk mendapatkan hasil pelatihan, materi pelatihan
dengan tujuan dan isi yang sama harus diulang 2-3 kali selama dalam siklus
mikro yang sama. Pengulangan
pelatihan yang sama selama beberapa kali adalah kondisi yang sangat penting
untuk pelatihan elemen teknik atau untuk meningkatkan biomotor ability
(orang-orang Romawi menyatakan dengan " repetiti meter studiorum est
" pengulangan adalah ibu dari pelajaran/materi/studi). Namun selama siklus mikro pelatihan
yang dirancang untuk meningkatkan biomotor ability harus berulang-ulang dengan
frekwensi/kekerapan yang berbeda-beda/beragam. Oleh karena itu, peningkatan daya tahan umum, fleksibilitas, kekuatan
sekelompok otot kecil lebih efektif jika diulang-ulang setiap hari. Dilain sisi pelatihan kekuatan yang dirancang untuk
sekelompok otot besar akan mendapat hasil yang lebih baik jika diulang setiap 2
hari sekali.
Pelatihan
dari kelompok otot besar lebih banyak berkaitan dengan komponen jantung
dibanding dengan kelompok otot kecil, dimana kelompok otot
besar banyak membutuhkan energi dalam mengantisipasi beban pelatihan yang diberikan, oleh karena itu membutuhkan waktu pemulihan lebih lama.
Mengenai peningkatan daya tahan khusus dengan intensitas submaksimal, maka tiga
materi pelatihan atau tiga kali pelatihan tiap minggu akan mencukupi, sedangkan daya tahan khusus dengan intensitas maksimal
selama fase kompetisi harus dirancang dua kali dalam satu minggu dengan sisa
waktunya digunakan untuk pelatihan dengan intensitas rendah. Sama halnya
dengan dua materi atau dua kali pelatihan tiap minggu sudah cukup untuk
memelihara kekuatan, kelentukan dan kecepatan. Frekuensi/kekerapan
optimal untuk pelatihan ulang digunakan untuk meningkatkan kekuatan kaki dan
latihan untuk kecepatan yang ditampilkan dibawah kondisi yang kuat (bersalju,
berpasir), nampaknya harus 2-3 kali tiap minggu.
Pergantian
unjuk kerja dengan pemulihannya adalah hal yang sangat penting dan harus
dipertahankan ketika merencanakan siklus mikro. Usaha untuk mencapai batas
seseorang harus direncanakan tidak lebih dari dua kali tiap minggu Ozolin,
(1971: 115), sedangkan aktivitas istirahat
digabungkan dengan intensitas rendah, aktivitas relaksasi/pengenduran harus
direncanakan sekali dalam seminggu. Namun, hari-hari yang direncanakan
untuk aktivitas istirahat harus mengikuti materi yang meminta usaha maksimal
dari atlet.
c. Kriteria
menyusun siklus mikro
Dalam menyusun siklus mikro harus mempertimbangkan
beberapa faktor di bawah ini :
- Tentukan tujuan-tujuan siklus mikro khususnya untuk
faktor-faktor pelatihan yang dominan
- Tentukan apakah menggunakan development micro
cycle (dmc) atau tunning micro cycle (tmc) untuk mempertahankan
keberadaan tingkat pelatihan , atau siklus mikro yang berhubungan dengan
kebutuhan kompetisi
- Tentukan tingkat unjuk kerja absolut (mutlak) yang
digunakan dalam pelatihan , volume , intensitas dan kompleksitas
pelatihan.
- Tentukan tingkat usaha relatif untuk siklus mikro,
beberapa puncak dan perubahan dengan intensitas materi pelatihan yang
rendah
- Putuskan karakter pelatihan berkaitan dengan jenis
metode dan peralatan pelatihan yang digunakan dalam tiap materi.
- Tentukan hari tes atau kompetisi, jika bisa
diterapkan yang dasarnya di dapat dari perencanaan tahunan
- Siklus mikro sering kali dimulai dengan intensitas
materi pelatihan rendah atau sedang dan meningkat pada intensitas yang
paling tinggi
- Sebelum masuk pada kompetisi yang utama, seseorang
harus menggunakan siklus mikro dengan hanya satu puncak yang harus diraih
3-5 hari sebelum kompetisi dimulai.
Klasifikasi
Siklus Mikro
Dinamika
pelatihan siklus mikro tidaklah sama tetapi bervariasi intensitasnya tergantung
pada karakter pelatihan , tipe siklus mikro (development or tunning) ,
iklim dan suhu lingkungan , dan sebagainya. Berkaitan dengan intensitas high
(h) itensitas medium (m), intensitas low (l) sering diikuti
dengan rest (r) pada hari minggu. Untuk dmc pelatih bisa
merencanakan satu siklus , baik dengan 1,2, atau adakalanya 3 puncak. Yang
pasti peningkatan intensitas dan perencanaan jumlah puncak harus diatur makin
lama makin meningkat mengikuti prinsip peningkatan beban dalam pelatihan.
Ketinggian suhu, perjalanan yang panjang dan waktu yang lama, serta faktor
iklim juga berpengaruh pada intensitas, dan jumlah puncak yang dicapai dalam
program pelatihan dari siklus makro. Selama fase penyesuaian diri terhadap
iklim, atau mengikuti perjalanan panjang dengan 5-8 jam selisih waktu yang
berbeda, seseorang bisa merencanakan hanya satu puncak pada siklus mikro ke dua
dengan satu tmc . Begitu juga ketika berada dalam iklim yang panas atau
lembab, jarang sekali pelatih mengharuskan mencapai lebih dari satu puncak,
yang biasanya harus ada diawal minggu ketika atlet memiliki tenaga yang lebih.
Dari sudut
pandang metodologi, siklus mikro yang hanya satu puncak , maka puncak itu harus
direncanakan pada 1 dari 3 hari pertengahan dalam satu minggu (jika beban pelatihan
hari senin ringan, selasa dan rabu menengah, maka puncak hari kamis berat,
sedangkan jumat sedang, sabtu ringan, dan minggu istirahat aktif). Kalau
mencapai dua puncak, maka dapat direncanakan untuk dicapai pada dua hari
terakhir siklus mikro lalu dihubungkan dengan 1-2 pemulihan (jika beban
pelatihan senin ringan, selasa sedang, maka puncaknya hari rabu beban
pelatihannya berat, kamis ringan, jumat sedang, dan sabtu adalah puncak kedua
dimana beban pelatihannya berat, sedangkan minggu istirahat aktif).
Pengecualian untuk perencanaan ini bisa dilakukan apabila menggunakan model
pelatihan yang lainnya dua puncak, bisa merencanakan pada hari-hari mendekati
terakhir untuk menirukan kondisi kompetisi (Bompa, 1983 : 114 -117).
Klasifikasi
Siklus Mikro
Dinamika
pelatihan siklus mikro tidaklah sama tetapi bervariasi intensitasnya tergantung
pada karakter pelatihan , tipe siklus mikro (development or tunning) ,
iklim dan suhu lingkungan , dan sebagainya. Berkaitan dengan intensitas high
(h) itensitas medium (m), intensitas low (l) sering diikuti
dengan rest (r) pada hari minggu. Untuk dmc pelatih bisa
merencanakan satu siklus , baik dengan 1,2, atau adakalanya 3 puncak. Yang
pasti peningkatan intensitas dan perencanaan jumlah puncak harus diatur makin
lama makin meningkat mengikuti prinsip peningkatan beban dalam pelatihan.
Ketinggian suhu, perjalanan yang panjang dan waktu yang lama, serta faktor
iklim juga berpengaruh pada intensitas, dan jumlah puncak yang dicapai dalam
program pelatihan dari siklus makro. Selama fase penyesuaian diri terhadap
iklim, atau mengikuti perjalanan panjang dengan 5-8 jam selisih waktu yang
berbeda, seseorang bisa merencanakan hanya satu puncak pada siklus mikro ke dua
dengan satu tmc . Begitu juga ketika berada dalam iklim yang panas atau
lembab, jarang sekali pelatih mengharuskan mencapai lebih dari satu puncak,
yang biasanya harus ada diawal minggu ketika atlet memiliki tenaga yang lebih.
Dari sudut
pandang metodologi, siklus mikro yang hanya satu puncak , maka puncak itu harus
direncanakan pada 1 dari 3 hari pertengahan dalam satu minggu (jika beban
pelatihan hari senin ringan, selasa dan rabu menengah, maka puncak hari kamis
berat, sedangkan jumat sedang, sabtu ringan, dan minggu istirahat aktif). Kalau
mencapai dua puncak, maka dapat direncanakan untuk dicapai pada dua hari
terakhir siklus mikro lalu dihubungkan dengan 1-2 pemulihan (jika beban
pelatihan senin ringan, selasa sedang, maka puncaknya hari rabu beban
pelatihannya berat, kamis ringan, jumat sedang, dan sabtu adalah puncak kedua
dimana beban pelatihannya berat, sedangkan minggu istirahat aktif).
Pengecualian untuk perencanaan ini bisa dilakukan apabila menggunakan model
pelatihan yang lainnya dua puncak, bisa merencanakan pada hari-hari mendekati
terakhir untuk menirukan kondisi kompetisi (Bompa, 1983 : 114 -117).
Siklus mikro
dapat direncanakan berdasarkan data atlet yang meliputi : umur biologis, umur
latihan, prestasi awal atau prestasi yang pernah dicapai dalam satu kompetisi,
data awal tentang biomotor ability, fisiologis fungsional yang sesuai dengan
tuntutan cabang olahraga yang digeluti dengan memperhatikan dasar-dasar ilmiah.
Walaupun siklus mikro yang dikatakan paling kecil, namun materi dalam siklus
mikro masih dipandang sangat besar dan padat, dan harus dijabarkan secara
objektif. Untuk menjabarkan materi pelatihan di siklus mikro secara objektif
dan terstruktur berdasarkan karakteristik cabang olahraga tersebut dibutuhkan
perencanaan sesi latihan.
Sesi Pelatihan
Sesi pelatihan adalah siklus yang terkecil atau siklus
yang pertama dalam siklus mikro, dimana fungsi sesi ini adalah untuk mengatur
siklus pelatihan pada hari-hari dalam satu siklus mikro. Sesi pelatihan
memiliki aturan atau siklus sesi dalam mengatur pembebanan dalam siklus mikro,
sehingga sesi pelatihan sangat menyatu dengan siklus mikro, sehingga membuat
orang sangat sulit untuk membedakan mana siklus mikro dan mana sesi pelatihan. Aturan dalam sesi pelatihan dapat di lihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2 .
Aturan dalam sesi pelatihan atau siklus dalam sesi pelatihan.
(J. Syaranamual, 2004: 15)
Hari
|
Siklus sesi pelatihan
|
Klasifikasi pembebanan
|
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
|
Flexibility - mobility
Coordination -
conditioning
Strength - power
Endurance - stamina
Speed - max. velocity
Flexibility
Active rest
|
Ringan / low
Sedang / medium
Berat / heavy
Berat / heavy
Berat / heavy
Ringan / low
Istirahat aktif
|
Jika dihubungkan dengan siklus mikro
diambil contoh siklus mikro bagi atlet yang berpengalaman dalam periode
persiapan fase umum.
Tabel 3 . Siklus mikro bagi atlet
yang berpengalaman dalam periode persiapan fase umum , tiga puncak pada cabang
dayung kayak, kanodian.
(J. Syaranamual, 2004: 15)
Berat
|
·
|
·
|
·
|
||||
Sedang
|
·
|
·
|
|||||
Ringan
|
·
|
||||||
Istirahat
|
·
|
||||||
Senin
|
Selasa
|
Rabu
|
Kamis
|
Jumat
|
Sabtu
|
Minggu
|
Berdasarkan grafik siklus mikro di atas, maka dapat
diterjemahkan dalam format sesi pelatihan sebagai berikut:
Nama : ………….
Umur : ………… Umur latihan : ………….
Tujuan :
Pembentukan fisik dasar
Hari
|
Beban
|
Warm-Up
|
Sesi Pelatihan
|
Cool Down
|
Overal intensiti
|
Senin
|
Sedang
|
Koordinasi teknik dasar
|
|||
Selasa
|
Berat
|
Daya tahan
|
|||
Rabu
|
Sedang
|
Konditioning
|
|||
Kamis
|
Berat
|
Kekuatan
|
|||
Jumat
|
Ringan
|
Kelentukan/ mobilisasi
|
|||
Sabtu
|
Berat
|
Kecepatan
|
|||
Minggu
|
Istirahat
|
Rekreasi dan lain -lain
|
Tabel 4.
Perincian sesi pelatihan. (J. Syaranamual, 2004: 16)
Senin
|
Selasa
|
Rabu
|
Kamis
|
Koordinasi
Vol. 6000 m
Int. Rendah
Frek. 3 x 2000 m
Rest . 15'
|
Daya tahan
( Joging )
Vol. 1 jam
Int. Rendah
Frek. 1 x
|
Conditioning
( senam kekuatan)
Vol. 2 jam
Int. Maksimal
Frek. 1 x
|
Kekuatan
Vol. 6 pos
Int. 80 %
Frek. 3 set,8 rep
Rest, 5' 1'
|
Jumat
|
Sabtu
|
Minggu
|
|
Kelentukan
Vol. 2 jam
Int. Maksimal
Frek. 2-3 x tiap gerakan
|
Kecepatan
Vol. 500 m
Int. 85%
Frek. 5 x 100 m
Rest 5-7'
|
Istirahat aktif
Renang
Permainan
Dll
|
Berdasarkan penjelasan tabel-tabel
di atas dapat kita berfikir bahwa uraian program telah tuntas pada tabel 2.4,
namun hal ini dipandang belum objektif, dalam arti tidak dapat diukur secara
rinci. Oleh karena itu dibutuhkan suatu siklus yang dapat merinci akan siklus
pelatihan dalam sesi di atas. Siklus yang dimaksudkan yakni siklus
unit pelatihan.
Unit Pelatihan
Unit pelatihan
adalah siklus perencanaan yang terkecil dari suatu perencanaan program. Unit
pelatihan adalah bagian kedua dalam siklus mikro , dan fungsi unit pelatihan
adalah merincikan secara objektif materi-materi pelatihan dalam sesi pelatihan.
Unit
pelatihan memiliki siklus perencanaan sebagai berikut :
- Plan an explanation a demonstration
- Plan how the athletes well practice the skill
- Provide feedback during practice
- As effective comunication skills
(Thompson , 1991 : 6.13).
Unit pelatihan memiliki struktur
dalam perencanaan yang meliputi : pemanasan (Warming Up), keterampilan (Skill),
dan penenangan (Coolling down). Dari rincian unit pelatihan ini dapatlah kita
mengukur objektivitas dari pelatihan itu dengan menggunakan format analisis
unjuk kerja . Untuk melengkapi penjelasan diatas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 5 . Contoh format unit
pelatihan (J. Syaranamual, 2004: 17)
Warming up
|
Skill
|
Cooling down
|
Stretching
Active
Passive
Waktu . 30’
Irama lambat ke cepat
|
Strength
(sirkuit training)
Beban (berat badan)
Pos gerakan = 6 pos
push up 1’
squat jump 1’
sit up 1’
dips 1’
hill rice 1’
back up 1’
tujuan pelatihan, untuk
kebugaran kekuatan
int. maksimal
frek. 3 set
istirahat, antar set 5’ dan antar rep. 1’
|
|
Dari format unit pelatihan,
dilanjutkan dengan format analisis unjuk kerja sebagai format evaluasi unjuk
kerja atlet terhadap materi pelatihan dalam unit pelatihan. Dari format ini
kita dapat melihat sejauh mana kemampuan atlet terhadap aktivitas pelatihan
diatas secara objektif. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. Contoh
format analisis unjuk kerja atlet. (J. Syaranamual, 2004: 18)
Nama : Hari HR max. : 170 / m HR.
rest .64 / m Umur lat. 4 thn
Umur. 21 thn Materi pelatihan
.strength tgl. 2-5- 2003 tempat. Karangkates
No
|
Exercise
|
HR
|
VE
|
PI
|
PI . VE
|
1
|
Warming-Up
|
21
|
30’
|
74 %
|
2220
|
2
|
Push-Up
|
22
|
1’
|
77%
|
77
|
3
|
Squat Jump
|
24
|
1’
|
84%
|
84
|
4
|
Sit-Up
|
22
|
1’
|
77%
|
77
|
5
|
Dips
|
23
|
1’
|
81%
|
81
|
6
|
Hill Rice
|
23
|
1’
|
81%
|
81
|
7
|
Back-Up
|
22
|
1’
|
77%
|
77
|
8
|
Coolling-down
|
16
|
10’
|
56%
|
56
|
å VE = 46’ åPI . VE = 3257 %
OI = 70 %
Keterangan :
HR : Heart Rate (denyut nadi)
VE : Volume Excercise (waktu latihan)
PI : Partial Intensity (intensitas dari satu bagian unit
pelatihan)
OI : Overall Intensity (intensitas secara keseluruhan)
Kesimpulan: bentuk pelatihan ini
termasuk pelatihan dengan intensitas sedang.
Untuk melihat
hubungan dalam perencanaan program pelatihan secara terstruktur, dinamis dan
sistematis, sekaligus merupakan kelengkapan dalam pembahasan perencanaan
program pelatihan yang dimulai dari perencanaan tahunan sampai pada evaluasi
program, dapat dilihat pada bagan di bawah ini.(J. Syaranamual, 2004: 19)
ini adalah sebagian contoh dari pembuatan program latihan Makro dan Mikro yang saya buat :
PROGRAM
LATIHAN CABOR PENCAK SILAT PERSIAPAN PRA PORDA 2013
A.
PERIODE PERSIAPAN UMUM
SIKLUS MAKRO PERIODE
BEBAN
|
MINGGU
|
SENIN
|
SELASA
|
RABO
|
KAMIS
|
JUM’AT
|
SABTU
|
Berat
|
·
|
||||||
Sedang
|
·
|
||||||
Ringan
|
·
|
·
|
|||||
istirahat
|
SIKLUS MIKRO DAN SESI LATIHAN
MINGGU
|
SENIN
|
SELASA
|
RABO
|
KAMIS
|
JUM’AT
|
SABTU
|
|
PAGI
|
|||||||
SORE
|
LT
|
LF
|
LT
|
LF
|
LF
|
BULAN JANUARI 2013
UNIT LATIHAN MINGGU PERTAMA
UNIT LATIHAN
|
MINGGU
|
SENIN
|
SELASA
|
Pemanasan
|
1.
Peregangan statis aktif
2.
Jogging 15 menit
3.
ABC ( Acceleration-Balance-Coordination Run)
|
A.
Peregangan statis aktif
B. Jogging
12 menit
C.
ABC
(Acceleration- Balance-
Coordination Run)
|
1.
Peregangan statis aktif
2.
Jogging
15 menit
3.
ABC
(Acceleration- Balance-
Coordination Run)
|
Latihan inti
|
1.
Tehnik
Dasar
( pukulan dan
tendangan ) tanpa peching
2.
Tehnik pukulan dan tendangan menggunakan
peching
3.
Shadow sparing
( open one point dan counter )
4.
Daya tahan Cardio
( lari 200 m
dengan kecepatan 50 %,13 set )
5.
Gerobak , latihan pull down sperti monyet ( 6
set )
|
A.
Tehnik
Dasar
( pukulan dan
tendangan ) tanpa peching
B.
Tehnik pukulan dan tendangan menggunakan
peching
C.
Shadow sparing
( open one point
(devensife dan counter )
D.
Squat trust -roll depan - roll belakang (di atas matras 5 set )
|
1. Weight
training
( 11 alat,12 repetise setiap
alat dan 3 set ) hipertropi otot
2. Sprint
50 m ( 5 set )
|
Pelemasan
|
Ø Jogging
2 putaran ( 5 menit )
Ø flexibilitas
|
Ø flexibilitas
|
Ø flexibilitas
|
keren izin kopi yah, bermanfaat banget
BalasHapus